Makalah Fortifikasi dan Suplemen
rema
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pangan adalah
salah satu kebutuhan dasar manusia. Manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya
tanpa adanya pangan. Karena itu, usaha pemenuhan kebutuhan
pangan merupakan suatu usaha kemanusiaan yang mendasar. Beberapa ahli
bahkan menyatakan kebutuhan atas pangan merupakan suatu hak asasi manusia yang
paling dasar.
Dalam kaitan
ini, penjelasan Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996
tentang Pangan, bahkan secara tegas menyatakan bahwa “Pangan sebagai
kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi setiap
rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu,
aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau
oleh daya beli masyarakat”. Di sini, pengertian pangan sebagai
hak asasi manusia ini tidak hanya bersifat kuantitatif saja,
tetapi juga mencakup aspek kualitatif. Pangan yang tersedia haruslah
pangan yang aman untuk dikonsumsi, bermutu dan bergizi. Dengan
demikian pembicaraan tentang pangan memang pada kenyataannya
sulit dipisahkan dengan gizi. Bentuk tidak terpenuhinya hak asasi atas pangan
dan gizi yang paling umum adalah kekurangan pangan alias
kelaparan. Namun demikian, harus disadari bahwa kelaparan
mempunyai beberapa tingkatan, yang jika terjadi secara cukup
lama dan terus - menerus, akan berkontribusi pada terjadinya
kemunduran/penurunan status kesehatan, produktivitas,
dan akhirnya ikut pula mempengaruhi tingkat intelektualitas
dan status sosial. Tingkat-tingkat kelaparan itu sendiri
antara lain dipengaruhi oleh (i) jumlah konsumsi bahan pangan,
(ii) jenis dan kualitas bahan pangan yang dikonsumsi, atau
(iii) kombinasi antara kedua faktor tersebut.
Masalah
kekurangan zat gizi mikro merupakan fenomena yang sangat jelas menunjukkan
rendahnya asupan zat gizi dari menu sehari-hari. Untuk itu, intervensi gizi
yang mampu menjamin konsumsi makanan masyarakat mengandung cukup zat gizi mikro
perlu dilakukan. Selain itu, peranan zat gizi mikro secara lengkap perlu
dikembangkan untuk daerah miskin dan sulit terjangkau dengan memberdayakan
keanekaragaman makanan lokal untuk peningkatan status gizi mikro masyarakat.
Dalam mengatasi permasalahan defisiensi zat gizi
mikro, program yang sudah sering dijalankan adalah dengan penganekaragaman
pangan, suplementasi, dan fortifikasi. Upaya pemerintah dalam menanggulangi
masalah defisiensi zat besi dan zink antara lain dengan suplementasi. Dalam
pelaksanaannya, program suplementasi tablet besi pada ibu hamil dirasa masih
kurang berhasil dikarenakan rendahnya cakupan ibu hamil yang mendapat tablet
tambah darah (TTD) dan rendahnya tingkat kepatuhan mengkonsumsi sesuai anjuran
(Soekirman, 2000).
Selain program
suplementasi pemerintah juga melaksanakan program fortifikasi pada bahan
pangan. Fortifikasi merupakan proses penambahan zat gizi tertentu ke dalam
bahan pangan. Dibandingkan dengan suplementasi dan penganekaragaman pangan,
fortifikasi dianggap sebagai program yang cukup efektif dalam mengatasi
permasalahan defisiensi zat gizi mikro. Meski menurut Le (2006) keefektifan
fortifikasi hanya setengah dari efektifitas program suplementasi, tetapi
fortifikasi dapat digunakan pada populasi yang lebih luas, dapat diterapkan
sebagai program jangka panjang, dan biaya yang digunakan lebih sedikit (Reddy,
2003 ; Allen et al., 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Fungsi Fortifikasi makanan
2. Fungsi suplementasi makanan
C. Tujuan penulisan
Untuk melengkapi tugas mata kuliah yang diberikan oleh
dosen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fortifikasi makanan
1. Pengertian Fortifikasi
Fortifikasi pangan adalah
suatu upaya dalam meningkatkan mutu gizi bahan pangan dengan sengaja
menambahkan satu atau lebih zat gizi mikro. Seperti vitamin dan mineral pada
bahan pangan atau produk pangan. Awalnya fortifikasi bertujuan untuk
mengembalikan komponen zat gizi penting yang hilang pada saat proses seperti
pada penggilingan padi menjadi beras, dan gandum menjadi tepung terigu. Dimana
banyak zat gizi mikro penting yang hilang.
2. Tujuan
fortifikasi
Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrien)
kepangan. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi
yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi. harus diperhatikan
bahwa peran pokok dari fortifikasi pangan adalah pencegahan detisiensi: dengan
demikian menghindari terjadinya gangguan yang membawa kepada penderitaan
manusia dan kerugian sosio ekonomis. Namun demikian, fortitkasi pangan juga
digunakan untuk menghapus dan mengendalikan defisiensi zat gizi dan gangguan
yang diakibatkannya.
The Joint Food and Agricuktural Organization World Health Organization (FAOIWO)
Expert Commitee on Nutrition (FAO/WHO, 1971) menganggap istilah
fortification paling tepat menggambarkan proses dimana zat gizi makro dan zat
gizi mikro ditambahkan kepada pangan yang dikonsumsi secara umum. Untuk
mempertahankan dan untuk memperbaiki kualitas gizi, masing-masing ditambahkan
kepada pangan atau campuran pangan.
Istilah double fortijication dan multiple fortification digunakan
apabila 2 atau lebih zat gizi, masing-masing ditambahkan kepada pangan atan
campuran pangan. Pangan pembawa zat gizi yang ditambahkan disebut ‘Vehicle’,
sementara zat gizi yang ditambahkan disebut ‘Fortificant ‘. Secara
umum fortifikasi pangan dapat diterapkan untuk tujuan-tujuan berikut:
1. Untuk
memperbaiki kekurangan zat-zat dari pangan (untuk memperbaiki defisiensi akan
zat gizi yang ditambahkan).
2. Untuk
mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang siquifikan dalam
pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama pengolahan.
3. Untuk
meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan (pabrik) yang digunakan
sebagai sumber pangan bergizi misal : susu formula bayi.
4. Untuk
menjamin equivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan pangan
lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega
Program fortifikasi memiliki peranan yang sangat penting, tentunya tidak
sebatas pemenuhan gizi masyarakat tapi juga mempunyai arti peningkatan kualitas
perekonomian suatu negara. Begitu pentingnya program ini, ada wacana penelitian
untuk memulai melakukan biofortifikasi pangan. Biofortifikasi pangan
bisa diterjemahkan sebagai fortifikasi prematur, yakni fortifikasi bukan
diberikan pada produk tapi bahan-bahan hasil pertanian seperti padi sudah
memiliki kandungan zat gizi yang sengaja “ditambahkan” mulai dari saat
budidaya. Biofortifikasi baru mulai dilakukan peneitian terhadap padi.
3. Peran
Fortifikasi
Kekurangan zat gizi mikro, atau yang lebih
sering disebut sebagai "kelaparan tersembunyi (hidden hunger) ". Zat
gizi mikro (micronutrient) adalah zat gizi berupa vitamin dan mineral, yang
walaupun kuantitas kebutuhannya relatif sedikit namun memiliki peranan yang
sangat penting pada proses metabolisme dan beberapa peran lainnya pada organ
tubuh. Kekurangan asupan dan absorbsi zat gizi mikro dapat mengakibatkan
gangguan pada kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi lain (kognitif, sistim
imunitas, reproduksi, dan lain-lain). Salah satu zat gizi mikro yang terpenting
adalah zat besi (Fe).
Zat besi memiliki peran yang sangat penting
pada pembentukan hemoglobin yakni protein pada sel darah merah yang bertugas
mengantarkan oksigen dari paru-paru ke otak dan seluruh jaringan tubuh.
Kekurangan zat besi dalam jangka panjang akan mengakibatkan terjadinya anemia
gizi besi (iron deficiency anemia/IDA). Secara umum, dampak yang ditimbulkan
dari anemia gizi besi adalah kelesuan sebagai akibat kurangnya pasokan oksigen
dalam darah, lemahnya konsentrasi berfikir dan rendahnya produktivitas kerja.
Selain itu, pada anak-anak anemia gizi besi dapat mengakibatkan kerusakan sel
otak secara permanen, gangguan perkembangan psikomotorik serta gangguan pada
sistem imunitas tubuh. Sedang pada ibu hamil anemia gizi besi dapat
mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan, lahir prematur atau lahir dengan
berat badan rendah.
4. Kelebihan fortifikasi makanan
kelebihan dari strategi ini adalah
populasi sasarannya luas, tidak diperlukan sarana program
khusus dalam pemberian, serta tingkat penerimaan dan tingkat kesinambungannya
tinggi.
Di negara-negara maju, fortifikasi pangan merupakan
strategi yang terbukti paling efektif untuk mengontrol kekurangan zat gizi
mikro. Sebagai contoh, program fortifikasi margarin dengan vitamin A berhasil
menghilangkan ricket di Inggris, Kanada dan Eropa Utara. Fortifikasi garam
dengan iodium yang merupakan program dunia yang terbukti mampu menekan goitre
secara signifikan. Sedangkan untuk zat besi, Di Swedia dan Amerika Serikat
fortifikasi pada tepung terigu berhasil menurunkan prevalensi penderita anemia
gizi besi secara dramatis. Garam sebagai "Tunggangan" Dibandingkan
dengan strategi lain yang digunakan untuk penanggulangan anemia gizi besi, fortifikasi
pangan dipandang oleh para ahli gizi sebagai strategi yang paling praktis,
ekonomis dan efektif untuk memenuhi kebutuhan asupan harian zat besi. Di
Indonesia, fortifikasi zat besi telah wajib
diberlakukan pada beberapa produk pangan seperti mie instant, susu bubuk dan
terigu. Namun demikian, sampai sekarang fortifikasi masih belum banyak berperan
dalam penanggulangan anemia gizi besi di masyarakat, terlihat dengan masih
tingginya angka prevalensi anemia gizi besi.
5. Produk
pangan yang wajib di fortifikasi
Untuk jenis pangan apa yang dapat difortifikasi,
ternyata tidak semua bahan pangan dapat difortifikasi dan harus
memenuhi 5 persyaratan, yaitu:
a. Jenis
pangan yang merupakan komoditi yang umumnya dimakan oleh orang banyak, ada
disetiap rumah tangga dan dikonsumsi secara teratur, serta terus menerus oleh
masyarakat, terutama oleh masyarakat miskin.
b. Pangan
yang diproduksi oleh produsen jumlahnya harus terbatas, hal ini untuk
memudahkan pengawasan proses fortifikasinya. Pengecualian adalah untuk garam,
karena kendaraan/vehicle yang sesuai untuk yodium hanya garam.
c. Harus
tersedia teknologi fortifikasi yang tepat untuk dicampurkan dengan produk
pangan yang dipilih sebagai vehicle.
d. Setelah
melewati proses pencampuran, produk pangan tidak boleh mengalami perubahan
organoleptik yang meliputi rasa, warna, dan konsistensi
e. Pangan
tersebut harus tetap aman, dimana dalam waktu jangka pendek dan panjang tidak
membahayakan kesehatan
f. Dengan
adanya fortifikasi, harga jual produk pangan tersebut harus tetap terjangkau oleh
masyarakat dan tidak menambah biaya produksi secara signifikan. Yang terakhir
ini penting karena sasaran utama fortifikasi adalah masyarakat miskin.
B. Suplementasi makanan
1. Pengertian suplementasi makanan
Suplemen adalah (sesuatu) yg ditambahkan untuk melengkapi atau berfungsi
sebagai tambahan. Definisi dari DSHEA atau undang-undang tentang suplemen
kesehatan di Amerika Serikat (AS), suplemen nutrisi adalah zat nutrisi tambahan
untuk menggantikan zat yang hilang atau tidak tercukupi dari makanan sehari-hari.
Suplemen makanan umumnya berasal
dari bahan-bahan alami tanpa tambahan zat-zat kimia walaupun pada vitamin
tertentu ada yang sintetis. Suplemen vitamin seperti asam folat dalam bentuk
sintetis memang lebih mudah
terserap dalam tubuh, walaupun vitamin E dari bahan alami jauh lebih baik
penyerapannya daripada yang sintetis ( Wuri, 2008).
Suplemen makanan merupakan makanan
yang mengandung zat-zat gizi dan non gizi, bisa dalam bentuk kapsul, kapsul
lunak, tablet, bubuk, atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap kekurangan
zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima.
Sebagai pelengkap, suplemen makanan bukan diartikan sebagai pengganti
(substitusi) makanan kita sehari-hari ( Ida, 2009).
Nutrisi yang terkandung dalam suplemen makanan biasanya
terdiri dari vitamin,mineral, dan asam amino yang merupakan bagian dari
pembangun protein. Selain itu ada juga produk suplemen yang diformulasiakn
untuk pengobatan biasanya bahan-bahannya
diambil dari tanaman atau bagian-bagian tertentu pada organ tubuh hewan yang
berkhasiat sebagai obat untuk penyakit tertentu.
Pada dasarnya food supplement telah
dikenal sejak
dahulu meskipun dalam bentuk tradisional, mereka menggunakan suplemen makanan
untuk membantu menigkatkan stamina ataupun untuk perawatan kesehatan agar terhindar dari berbegai macam
penyakit. Di era modern ini makan suplemen dengan mudah didapatkan
Karena food supplement sudah tersedia dan dijaul bebas di took-toko,
apotek,bahkan dengan menggunakan jasa
direct selling untuk memasarkan produknya.
Suplemen makanan ini merupakan makanan pendamping atau
penmabah program diet, nutrisi namun
tidak ditujukan sebagaipengganti makanan. Umumnya produk-produk suplemen makanan berupa
vitamin, mineral dan botanical seperti vitamin c, jamu, susu, glucosamine, yang
dapat dikemas dalam bentuk ekstrak, pil, kapsul, tablet, serbuk, softgel dan
cair.
Produk-produk suplemen berkembang karena faktanya beberapa
jenis makan suplemen digunakan sebagai bahan dasar pengobatan terkini dan untuk
prngobatan alternatif karena dari sejumlah penelitian terhadap food suplemen /
dietary supplement yang kaya akan multivitamin dan multimineral menunjukkan
khasiat yang sama dengan obat - obatan konvensional serta aman untuk
dikonsumsi.
2. Manfaat
Suplemen Bagi Tubuh Anda
Setiap hari, tubuh memerlukan asupan nutrisi yang cukup
agar bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Nutrisi bisa didapatkan dari
makanan seperti sayuran dan buah-buahan. Namun, tidak semua orang dapat
mengkonsumsi sayur dan buah-buahan dengan baik. Oleh karena itu, untuk menjaga
tubuh tetap tercukupi kebutuhan nutrisinya, Anda membutuhkan bantuan suplemen.
Suplemen merupakan makanan pendamping bukan pengganti
makanan. Suplemen makanan pada umumnya mengandung vitamin dan mineral yang
tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Berikut manfaat mengkonsumsi suplemen bagi
tubuh Anda.
ü Meningkatkan
Metabolisme Tubuh
Beberapa gangguan metabolisme dan pencernaan, dapat mempengaruhi penyerapan makanan dalam tubuh, yang bisa menyebabkan menurunnya asupan nutrisi dalam tubuh. Di sinilah peran suplemen. Mengkonsumsi suplemen dalam jumlah yang cukup membantu meningkatkan metabolisme dan mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh.
Beberapa gangguan metabolisme dan pencernaan, dapat mempengaruhi penyerapan makanan dalam tubuh, yang bisa menyebabkan menurunnya asupan nutrisi dalam tubuh. Di sinilah peran suplemen. Mengkonsumsi suplemen dalam jumlah yang cukup membantu meningkatkan metabolisme dan mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh.
ü Membantu
Diet Vegetarian
Bagi Anda yang menjalankan diet vegetarian, tentunya tidak mengkonsumsi makanan hewani. Padahal di satu sisi, makanan hewani banyak menyediakan sumber nutrisi penting bagi diet Anda, seperti protein, vitamin dan mineral. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ini, sayuran dan buah-buahan merupakan makanan pengganti yang baik bagi Anda. Selain itu, Anda bisa menambahkan suplementasi protein, vitamin, dan mineral untuk melengkapi kebutuhan nutrisi harian Anda.
Bagi Anda yang menjalankan diet vegetarian, tentunya tidak mengkonsumsi makanan hewani. Padahal di satu sisi, makanan hewani banyak menyediakan sumber nutrisi penting bagi diet Anda, seperti protein, vitamin dan mineral. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ini, sayuran dan buah-buahan merupakan makanan pengganti yang baik bagi Anda. Selain itu, Anda bisa menambahkan suplementasi protein, vitamin, dan mineral untuk melengkapi kebutuhan nutrisi harian Anda.
ü Meningkatkan
Daya Tahan Tubuh
Mengingat tubuh tidak dapat memproduksi vitamin sendiri, maka tubuh memerlukan sumber vitamin dari luar. Contohnya vitamin C. Vitamin ini berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit, sekaligus sebagai antioksidan yang dapat membantu mengatasi kerusakan otot saat melakukan latihan beban.
Mengingat tubuh tidak dapat memproduksi vitamin sendiri, maka tubuh memerlukan sumber vitamin dari luar. Contohnya vitamin C. Vitamin ini berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit, sekaligus sebagai antioksidan yang dapat membantu mengatasi kerusakan otot saat melakukan latihan beban.
ü Meningkatkan
Kesehatan Wanita
Pre Menopause: Wanita dengan masa menstruasi yang berat dapat kehilangan begitu banyak zat besi tiap bulannya. Mereka jarang mendapatkan jumlah zat besi yang cukup untuk menggantikan sel darah yang hilang. Suplementasi zat besi berguna untuk membantu pembentukan sel darah merah dan efektif untuk mencegah anemia.
Pre Menopause: Wanita dengan masa menstruasi yang berat dapat kehilangan begitu banyak zat besi tiap bulannya. Mereka jarang mendapatkan jumlah zat besi yang cukup untuk menggantikan sel darah yang hilang. Suplementasi zat besi berguna untuk membantu pembentukan sel darah merah dan efektif untuk mencegah anemia.
ü Kehamilan:
Wanita hamil disarankan mengonsumsi 400 mcg asam folat per hari untuk
mengurangi resiko cacat lahir. Mengkonsumsi asam folat dalam jumlah cukup dapat
menurunkan risiko bayi lahir cacat hingga 70%.
Wanita lahir dan menyusui juga perlu mengonsumsi suplemen seperti zat besi dan vitamin D untuk menyediakan nutrisi yang mereka butuhkan untuk jaringan-jaringan pada janinnya.
Wanita lahir dan menyusui juga perlu mengonsumsi suplemen seperti zat besi dan vitamin D untuk menyediakan nutrisi yang mereka butuhkan untuk jaringan-jaringan pada janinnya.
ü Kesehatan tulang: Kalsium dan vitamin D sangatlah penting bagi mereka
yang berada pada resiko osteoporosis.
Tidak semua orang bisa mendapatkan kalsium dan vitamin D yang cukup dari
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Alternatifnya adalah menambahkan suplementasi kalsium dan vitamin D sesuai dengan kebutuhan.
3. Beberapa jenis vitamin atau suplemen
a. Vitamin E
Berfungsi
sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel dari kerusakan, vitamin E banyak
ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian. Banyak sekali penelitian yang
menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan mengandung vitamin E mampu menekan risiko
penyakit jantung dan kanker.
b. Vitamin
B6
British
Medical Journal melaporkan bahwa dosis 100 mg vitamin B6 mampu meringankan
gejala-gejala sindrom premenstrual. Sejumlah riset juga mengaitkan asupan asal
folat dan vit B8 , yang banyak ditemukan dalam telur daging dan ikan, dengan
penurunan risiko penyakit jantung dan kanker perut.
c. Hipericum
Kepercayaan
tradisi mengatakan herbal ini mampu melawan ilmu sihir. Lazimnya, herbal ini
digunakan untuk memelihara sistem saraf dan melindungi sel-sel saraf dalam
tubuh. Herbal ini biasa digunakan untuk meredakan hipertensi dan melancarkan
peredaran darah.
d. Royal
Jelly
Cairan kental yang dihasilkan lebah muda sebagai bahan
makanan Larva Lebah dan makanan khusus Ratu lebah ini telah terbukti mampu
membunuh bakteri dalam tes laboratorium. Zat ini juga mengandung protein dan
vitamin C dan diklaim mampu meningkatkan kekebalan tubuh meski belum ada bukti
yang solid.
e. Glukosamin
Dua penelitian besar menunjukkan glukosamin mampu
meringankan rasa sakit dan memperbaiki mobilitas pada pasien penderita
osteoarthtritis. Bukti ini begitu meyakinkan sehingga US National Institutes Of
Health berencana menggelar riset lanjutan.
f. Ginkgo
Biloga
Walaupun beberapa riset menunjukkan adanya efek negatif, Prof
Ernst percaya bahwa ginkgo tetap berkhasiat. Ia menekankan, ketika peneliti
mencoret partisipan yang tidak mengonsumsinya secara teratur, ada sekitar 68
persen penurunan risiko gangguan ingatan setelah mengonsumsi ginkgo kacangan
dan biji-bijian. Banyak sekali penelitian yang menunjukkan bahwa mengonsumsi
makanan mengandung vitamin E mampu menekan risiko penyakit jantung dan kanker.
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah bahwa
Dalam mengatasi permasalahan defisiensi zat gizi mikro, program yang sudah
sering dijalankan adalah dengan penganekaragaman pangan, suplementasi, dan
fortifikasi. Upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah defisiensi zat besi
dan zink antara lain dengan suplementasi. Selain program suplementasi pemerintah
juga melaksanakan program fortifikasi pada bahan pangan. Fortifikasi merupakan
proses penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan pangan. Dibandingkan dengan
suplementasi dan penganekaragaman pangan, fortifikasi dianggap sebagai program
yang cukup efektif dalam mengatasi permasalahan defisiensi zat gizi mikro.
Meski menurut Le (2006) keefektifan fortifikasi hanya setengah dari efektifitas
program suplementasi, tetapi fortifikasi dapat digunakan pada populasi yang
lebih luas, dapat diterapkan sebagai program jangka panjang, dan biaya yang
digunakan lebih sedikit.
kelebihan dari strategi fortifikasi
ini adalah populasi sasarannya luas, tidak diperlukan sarana program
khusus dalam pemberian, serta tingkat penerimaan dan tingkat kesinambungannya
tinggi. Berbeda dengan Suplemen merupakan makanan pendamping bukan pengganti
makanan. Suplemen makanan pada umumnya mengandung vitamin dan mineral yang
tidak dapat diproduksi oleh tubuh.
Fortifikasi dan suplementasi
sekarang menjadi hal yang lumrah di kalangan masyarakat. Tetapi, suplemenasi
tidak begitu luas dii pakai oleh masyarakat karena banyaknya masyarakat miskin
yang tidak mampu membeli suplemen – suplemen. Berbeda dengan firtifikasi karena
ia menjangkau semua lapisan masyarakat entah miskin maupun kaya.
B. Saran
Agar penanganan gizi makanan
berupa suplemen dan fortifikasi lebih dilakukan secara terpadu.
Komentar
Posting Komentar