Makalah Iklan



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Hubungan Iklan Dengan Humas”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Iklan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang apa itu Iklan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.












BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi massa melalui berbagai media massa yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan bisnis, organisasi non profit dan individu-individu  yang teridentifikasi dalam pesan periklanan dengan maksud memberi informasi atau mempengaruhi pemirsa dan golongan tertentu bentuknya dapat berupa tulisan, gambar, film, ataupun gabungan dari keseluruhan unsur tersebut. Urat nadi kehidupan televisi (swasta) terletak pada iklan. Tanpa iklan, mustahil  sebuah  televisi  mempertahankan  eksistensinya. 
Bagi  produsen  iklan bukan hanya menjadi alat promosi barang maupun jasa, melainkan juga untuk menanamkan citra kepada konsumen maupun calon konsumen tentang produk yang  ditawarkan.  Iklan seringkali  menggiring  khalayak  untuk  percaya  pada produk,  sehingga  mendorong  calon  konsumen untuk  mengkonsumsi  maupun mempertahankan loyalitas konsumen.
Menurut Rhenald Kasali, iklan adalah: Segala bentuk pesan tentang suatu produk dan jasa yang disampaikan lewat media dan dibiayai oleh perusahaan yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sedang pengaruh pesan ini berati hal-hal yang diterjemahkan dalam bentuk gambar, rangkaian kata-kata  jingle, mau pun warna  dengan tujuan membangkitkan kebutuhan  konsumen  dan menanamkan citra pada konsumen pemerkasanya adalah produsen sedangkan media adalah sarana yang digunakan yaitu media cetak dan media elektronik  (Kasali,  1992:9).
Iklan di televisi memiliki kelebihan unik dibandingkan dengan iklan di media cetak. Kelebihan iklan televisi memungkinkan diterimanya tiga kekuatan generator makna sekaligus, yakni narasi, suara dan visual. Ketiganya kemudian membentuk  sebuah  sistem  pertandaan  yang  bekerja  untuk  mempengaruhi penontonnya. Dari ketiganya, iklan televisi bekerja efektif karena menghadirkan pesan dalam bentuk verbal dan nonverbal sekaligus. Sebagai sistem pertandaan, maka iklan sekaligus menjadi sebuah bangunan representasi. Iklan tidak sematamata merefleksikan realitas tentang  manfaat produk yang ditawarkan, namun seringkali menjadi representasi gagasan yang terpendam di balik penciptanya. Persoalan representasi ini yang kemudian lebih menarik, karena di dalam iklan sebuah makna sosiokultural dikonstruksi.

B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah tidak menjelek-jelekkan produk lain, mengiklankan yang sejujurnya kepada masyarakat terhadap produk yang di iklankan

C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah untuk tidak saling mejatuhkan dari produk-produk lain.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Periklanan
Kata iklan berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah  menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian iklan secara  komprehensif adalah semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Dengan demikian, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau  menggiring orang untuk mengambil tindakan yang mneguntungkan bagi pihak pembuat  iklan. Sedangkan menurut Kasali (2007), periklanan adalah bagian dari bauran pemasaran yang secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media.

B. Iklan yang Efektif
Shimp  (2003)  menyatakan  bahwa  iklan  efektif  apabila iklan  tersebut  mencapai  tujuan-tujuan  yang ingin  dicapai  oleh pengiklan. Menurut Schultz dan Tannenbaum dalam Shimp (2003), iklan yang efektif adalah iklan yang diciptakan untuk pelanggan yang spesifik, memikirkan dan memahami kebutuhan pelanggan, menekankan  pada  tindakan spesifik yang harus diambil oleh konsumen serta memahami bahwa orang-orang tidak membeli produk melainkan membeli  keuntungan dari produk tersebut. Selain itu, iklan yang efektif mendapat perhatian dan diingat serta membuat orang-orang bertindak  (melakukan pembelian).
Dalam konteks periklanan, iklan yang akan disampaikan sebaiknya diramu sedemikian rupa sehingga pesan yang akan disampaikan mudah dicerna dan dimengerti oleh masyarakat serta  mngandung informasi yang benar. Seandainya pesan suatu iklan dapat terpatri secara mendalam dalam benak konsumen dan konsumen mencermatinya dengan sudut pandang yang benar, maka hal itu berarti hasil kerja mekanisme pasar.

C. Strategi Pembuatan Iklan yang Efektif
Periklanan yang efektif adalah periklanan yang telah mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengiklan. Durianto, dkk (2003), memaparkan bahwa  dalam pemilihan strategi yang terbaik akan bergantung pada keadaan produk di dalamnya termasuk keunikan substansial  bagi konsumen,  kelemahan produk,  market  share produk, kategori  produk (baru  atau  lama),  keadaan  pasar,  strategi  periklanan pesaing, serta market segments yang dapat memunculkan peluang.
















BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Iklan
Penayangan suatu iklan pada ruang publik seharusnya menyandarkan diri pada prinsip utama serta fungsi utama sebuah iklan. Tentunya kita telah mengetahui bahwa iklan berfungsi sebagai alat inofatif. Iklan yang sesuai bisnis adalah iklan yang penyampaiannya kepada masyarakat sesuai dengan kebenaran. Jika suatu produk memiliki kelemahan tertentu,  namun dalam pengiklanan kepada masyarakat di manipulasi sehingga seolah-olah terlihat sempurna, maka jenis iklan seperti ini adalah tidak etis.
Salah satu contoh iklan yang mendidik adalah iklan teh sariwangi, versi “atap bocor“ yaitu menceritakan seorang istri yang ingin suaminya membenahi atap rumahnya yang bocor tapi si istri tidak mau menggangu sang suami, akhirnya si istri mengungkapkannya dengan kata lembut dan membuatkan teh pada suami agar suasana menjadi hangat.
Pesan yang terkandung dalam iklan ini adalah tentang keharmonisan keluarga/kesetiaan istri terhadap suami. Dimana disini dijelaskan bahwa istri harus selalu bisa memahami kondisi suami dan bagaimana cara mengungkapkan perasaan istri terhadap suami dengan nada yang lembut agar si suami bisa memahami maksud istri melakukan apa yang dikatakan istri, yaitu dengan mengajak si suami nge teh dulu agar situasi hangat dan selalu bahagia di setiap kondisi apapun.
Dalam iklan ini sama sekali tidak ada unsur kekerasan sehingga sangat mendidik buat keluarga, sangat aman untuk dsilihat semua kalangan dari anak-anak sampai orang tua dan merupakan contoh yang sangat positif, dan iklan ini juga bisa mgurangi terjadinya KDRT(Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang sangat banyak kita lihat di televisi,dengan iklan ini saya yakin bisa djadikan contoh untuk para istri bagaimana memahami suami agar tidak terjadi kekerasan dalam keluarga.
Beberapa permasalahan yang bersinggungan dengan nilai-nilai dan etika, sebagai berikut:

  1. Iklan yang ditampilkan tidak mendidik
Dari sisi content, suatu iklan terkadang malah sering menampilkan sisi-sisi yang sama sekali tidak mendidik terhadap konsumen, taruhlah tersebut secara isi adalah benar, namun dalam visualisasi terhadap konsumen tidak mendidik. Kita dapat melihat iklan di televisi seperti iklan Motor Yamaha yang dibanggakan oleh semua iklan motor adalah jago ngebut. Terlihat dari slogan-slogannya, ada yang "yang lain makin ketinggalan" atau "Yamaha semakin terdepan". Bahkan model dari motor tersebut dari pembalap internasional, ada yang digambarkan kalau motornya lewat, semua orang pada lari ketakutan dan mencari tempat perlindungan supaya pakaiannya tidak sobek-sobek. Selain itu, ada juga yang mengendarai sepeda motor melayang-layang karena dalam kecepatan tinggi. Iklan ini secara tidak langsung mengajak pengendara motor untuk kebut-kebutan dan tidak tau aturan. Padahal jalanan di negeri ini tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Bukankah lebih baik kalau iklannya mengajak tertib lalu lintas.
  1. Iklan yang ditampilkan cenderung menyerang produk lain
Selain beberapa iklan yang kurang atau bahkan tidak mendidik, terdapat juga seberapa iklan yang dalam pengiklanannya saling enjatuhkan produk  lain, tentunya ini secara etis merupakan bentuk persaingan yang tidak dibenarkan, karena tindakan tersebut merugikan pihak lain.
Contohnya iklan yang sering muncul di televisi yaitu iklan Kartu As dan Kartu XL yang selama ini sering menjatuhkan satu sama lain. Sebuah iklan Kartu AS yang diiklankan oleh Sule (Artis pelawak) di televisi. Dalam sebuah iklan itu, dia tampil seolah-olah sedang diwawancarai oleh wartawan. Kemudian dia selanjutnya berkomentar, ”Saya kapok dibohongin sama anak kecil,” ujar Sule yang disambut dengan tertawa para wartawan, dalam penampilan iklannya. Secara tidak langsung iklan seperti ini dapat merugikan pihak lain.



BAB IV
KESIMPULAN
  1. Iklan yang sesuai dengan etika bisnis adalah iklan yang penyampaiannya kepada masyarkat sesuai dengan kebenaran.
  2. Di Indonesia khususnya terdapat permasalahan-permasalahan dalam dunia periklanan terutama menyangkut iklan yang tidak mendidik, iklan yang cenderung menjelek-jelekkan produk lain karena terbenturnya dengan landasan Hukum yang tidak mendasar.













DAFTAR PUSTAKA

  • Dewi, K. 2008. Analisis Efektivitas Iklan pada Media Televisi (Studi Kasus pada Produk  TEBS  di  Kota Bogor).  Skripsi  pada  Departemen  Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 
  • Durianto, D., Sugiarto, A.W. Widjaja dan Supratikno, H.  2003. Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
  • Durianto, D., Sugiarto, dan T. Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Fortifikasi dan Suplemen

Kesehatan Remaja-collingblog